๏ปฟPerhatikancontoh kalimat larangan dalam bahasa arab berikut ini: Pengemasan ajaran islam dalam bentuk mata pelajaran di lingkungan madrasah asa. Penyampaian sebuah bentuk larangan yang. Buku siswa kelas 4 mi. ุŸุงุฐู‡ ูƒู„ ู†ู‰ุง ,ู…ูŠุฑู… ุงูŠ. Penyampaian sebuah bentuk larangan yang. Lencana tidak terkunci yang menunjukkan sepatu bot This article aims to explain the commands and prohibitions of the prophet Muhammad in hadits by using Searle's speech act theory. The purpose of this study focused to describe the commands and prohibitions of the prophet Muhammad in seen from sentence mode. Results of this study indicate that there are several characteristics of the use of the phrase mode commands and prohibitions of the Prophet Muhammad such us declarative sentences mode with verb sentence form and noun sentence form; Imperative sentences mode with filul-amri form, ismu filil-amri form, dan la an-nahiyah form; and the interrogative sentences mode with using โ€œูŽ โ€ุฃand โ€œ.โ€ Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal CMES Volume XII Nomor 1 Edisi Januari - Juni 2019 Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta 38 MODUS KALIMAT PERINTAH DAN LARANGAN DALAM โ€œASBAB WURUD AL-HADITSโ€ KARYA IMAM SUYUTHI KAJIAN PRAGMATIK Ahmad Jazuli1,2 1Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta 2Email ahmadjazuli Abstract This article aims to explain the commands and prohibitions of the prophet Muhammad in hadits by using Searle's speech act theory. The purpose of this study focused to describe the commands and prohibitions of the prophet Muhammad in seen from sentence mode. Results of this study indicate that there are several characteristics of the use of the phrase mode commands and prohibitions of the Prophet Muhammad such us declarative sentences mode with verb sentence form and noun sentence form; Imperative sentences mode with filul-amri form, ismu filil-amri form, dan l๎†— an-nahiyah form; and the interrogative sentences mode with using โ€œ๎€ƒ๎‹ด๎Žƒโ€ and โ€œ๎ŽŽ๎‹ด๎ฃโ€. Keywords Mode of speech, commands and prohibitions, pragmatics, Al-Imam As-Suyuti. ๎€ƒ๎ƒ‹๎†ผ๎‡ด๎‡ท๎‡Ž๎€ƒ๎€ƒ๎‡บ๎‡Ÿ๎€ƒ๎†ฎ๎†ธ๎†ฆ๎†ซ๎€ƒ๎†จ๎‡ณ๎†ข๎‡ฌ๎…ญ๎‚ฆ๎€ƒ๎‡ฝ๎‡€๎‡ฟ๎‡‚๎‡ท๎‚ฆ๎ƒ‚๎‚ข๎€ƒ๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎…“๎‡ผ๎‡ณ๎‚ฆ๎ˆˆ๎‡ฟ๎‚ฆ๎ˆ‚๎‡ป๎‡พ๎€ƒ๎‚พ๎†ข๎‡ธ๎‡ ๎†ฌ๎‡‡๎Šช๎€ƒ๎†ฎ๎ˆ‡๎†พ๎…ซ๎‚ฆ๎€ƒ๎„ฟ๎€ƒ๎€ƒ๎ˆ„๎‡ด๎‡Ÿ๎€ƒ๎†ฎ๎†ธ๎†ฆ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‚ฆ๎‡€๎‡ฟ๎€ƒ๎‡„๎‡ฏ๎‚ฐ๎€ƒ๎€‘๎……๎…š๎‡‡๎€ƒ๎†ฒ๎ˆ€๎‡ผ๎… ๎€ƒ๎‚ฟ๎ˆ๎‡ฐ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‡ฒ๎‡ ๎‡ง๎†จ๎‡ด๎‡ธ๎…ช๎‚ฆ๎€ƒ๎‡ฒ๎‡ฐ๎‡‹๎€ƒ๎„ฟ๎€ƒ๎‡พ๎ˆˆ๎‡ฟ๎‚ฆ๎ˆ‚๎‡ป๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎…“๎‡ผ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‡‚๎‡ท๎‚ฆ๎ƒ‚๎‚ข๎€ƒ๎‡ฆ๎‡๎ƒ‚๎€ƒ๎‡Ž๎†Ÿ๎†ข๎‡๎…ฌ๎‚ฆ๎€ƒ๎‡บ๎‡ท๎€ƒ ๎†พ๎ˆ‡๎†พ๎‡ ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ ๎‚ฝ๎†ข๎‡ผ๎‡ฟ๎€ƒ ๎ƒ€๎‚ข๎€ƒ ๎ˆ†๎‡ฟ๎€ƒ ๎†ฎ๎†ธ๎†ฆ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‚ฆ๎‡€๎‡ฟ๎€ƒ๎‡บ๎‡ท๎€ƒ๎†จ๎†ด๎ˆˆ๎†ฌ๎‡ผ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎€‘๎€ƒ๎‚ฟ๎‚ฆ๎†พ๎†ผ๎†ฌ๎‡‡๎ˆ๎‡พ๎ˆˆ๎‡ฟ๎‚ฆ๎ˆ‚๎‡ป๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎…“๎‡ผ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‡‚๎‡ท๎‚ฆ๎ƒ‚๎‚ข๎€ƒ๎„ฟ๎€ƒ๎†จ๎‡ด๎‡ธ๎…ช๎‚ฆ๎€ƒ๎‡ฒ๎‡ฐ๎‡‹๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎€๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎…ฉ๎ˆ๎‚ฆ๎€ƒ๎†จ๎‡ด๎‡ธ๎…ช๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎‡ด๎‡ ๎‡จ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎†จ๎‡ด๎‡ธ๎…ช๎‚ฆ๎€ƒ๎‡ฒ๎‡ฐ๎‡Œ๎†ฅ๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎‡จ๎ˆ‡๎‡‚๎‡ ๎†ฌ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎†จ๎‡ด๎‡ธ๎…ช๎‚ฆ๎€ƒ๎‡ฒ๎†ฐ๎‡ธ๎‡ฏ๎†ฅ๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎‡ธ๎†ฌ๎…ซ๎‚ฆ๎€ƒ๎†จ๎‡ด๎‡ธ๎…ช๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎€…๎‚ข๎€…๎€ƒ๎‚ป๎‡‚๎†ท๎€ƒ๎‚พ๎†ข๎‡ธ๎‡ ๎†ฌ๎‡‡๎Šช๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎‡ท๎†ข๎ˆ€๎‡จ๎†ฌ๎‡‡๎ˆ๎‚ฆ๎€ƒ๎†จ๎‡ด๎‡ธ๎…ช๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎€๎†จ๎ˆˆ๎‡ฟ๎†ข๎‡ผ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎ˆ๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎‡‚๎‡ท๎ˆ‹๎‚ฆ๎€ƒ๎‡ฒ๎‡ ๎‡ง๎€ƒ๎‡ถ๎‡‡๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎‡‚๎‡ท๎ˆ‹๎‚ฆ๎€ƒ๎‡ฒ๎‡ ๎‡ง๎€ƒ๎‡ฒ๎‡ฐ๎‡Œ๎€ƒ๎€‘๎€…๎†ข๎‡ท๎€…๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎†ท๎†ข๎†ฌ๎‡จ๎…ญ๎‚ฆ๎€ƒ๎‚ฉ๎†ข๎‡ธ๎‡ด๎‡ฐ๎‡ณ๎‚ฆ๎†จ๎ˆˆ๎ˆ€๎†ณ๎€ƒ๎€๎€ƒ๎€ƒ๎‚๎‚ฟ๎ˆ๎‡ฐ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‚๎ˆ†๎ˆ€๎‡ผ๎‡ณ๎‚ฆ๎ƒ‚๎€ƒ๎‡‚๎‡ท๎ˆ‹๎‚ฆ๎†จ๎ˆˆ๎‡ณ๎ƒ‚๎‚ฆ๎†พ๎†ฌ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‚๎ˆ†๎‡—๎ˆ‚๎ˆˆ๎‡ˆ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‚ฟ๎†ข๎‡ท๎ˆ๎‚ฆ๎€‘ A. Pendahuluan Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Untuk berkomunikasi, dibutuhkan alat berupa bahasa untuk menyampaikan keinginan, harapan, perasaan, perintah dan sebagainya. Untuk mengetahui pesan atau maksud dalam bahasa dibutuhkan ilmu pragmatik. Ilmu pragmatik adalah studi tentang maksud penutur bahasa yang dihubungkan dengan konteks Yule, 20063. Keinginan, harapan, perasaan, perintah dan larangan merupakan bagian dari ilmu pragmatik yang disebut tindak tutur, yaitu tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan Yule, 200682. Dari beberapa jenis tindak tutur, tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang sering digunakan dalam berkomunikasi. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang digunakan Jurnal CMES Volume XII Nomor 1 Edisi Januari - Juni 2019 Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta 39 penutur untuk mengekspresikan maksud penutur yang dijadikan alasan bagi petutur untuk bertindak Bach dan Harnish, 197947. Tindak tutur direktif mempunyai beberapa maksud, yaitu perintah, larangan, nasehat, permohonan, berdoa, dan lain-lain. Salah satu bahasa yang banyak dipelajari adalah bahasa Arab, karena banyaknya kegiatan yang bersinggungan dengan bahasa tersebut, terutama kegiatan umat Islam. Banyak kegiatan ibadah yang mengharuskan pelaksananya untuk memakai bahasa Arab, contohnya ketika melakukan shalat, berdoโ€™a, haji dan sebagainya. Selain itu, bahasa Arab juga merupakan bahasa al-Qurโ€™an dan Hadis yang menjadi pedoman umat Islam. Hal itu membuat pemeluk agama Islam banyak yang belajar bahasa Arab. Oleh karena itu, penting melakukan penelitian tentang bahasa Arab. Al-Qurโ€™an merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad sebagai utusan Allah, sedangkan Hadis adalah perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah yang membawa ajaran Islam untuk disampaikan kepada manusia. Penelitian ini difokuskan pada Hadis yang merupakan bentuk komunikasi antar manusia, yaitu komunikasi Nabi Muhammad dengan umatnya. Hadis dibagi menjadi tiga sesuai bentuknya, yaitu hadis qauliy yang berupa tuturan, hadis fiโ€™liy yang berupa perbuatan, dan hadis taqririy yang berupa ketetapan. Diantara ketiga bentuk hadis tersebut, hadis qauliy yang berupa tuturan Nabi Muhammad merupakan hadis yang mempunyai kedudukan paling kuat daripada bentuk hadis lainnya. Tuturan dalam hadis itu berisi ajaran yang sebagian besar berbentuk tindak tutur Direktif yang berupa nasehat, permintaan, doa, perintah, dan larangan. Karena penggunaan tindak tutur direktif banyak digunakan dalam hadis, maka menarik untuk diteliti. Penelitian akan difokuskan lagi pada tindak tutur direktif yang berupa perintah dan larangan karena dua tindak tutur tersebut sangat dominan dalam hadis. Agar perintah dan larangan yang disampaikan itu diterima dengan baik, tentunya Nabi Muhammad menggunakan bentuk dan strategi tertentu dalam tuturannya yang patut untuk diketahui. Kesuksesan strategi tersebut sudah terbukti dengan menyebarnya Islam ke seluruh dunia. Hal itulah yang membuat penelitian tentang hadis dari segi tindak tutur yang berupa perintah dan larangan menarik untuk dilakukan, sehingga dapat diketahui karakteristik tuturan Nabi Muhammad. Dalam Hadis, banyak tuturan yang mengandung perintah dan larangan dengan berbagai variasi cara penyampaian, sehingga ditemukan berbagai modus tindak tutur perintah dan larangan. Contoh tuturan dalam Hadis yang mengandung perintah dan larangan adalah sebagai berikut. ๎ˆ†๎‡ท๎‚ข๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎„บ๎‚ข๎€ƒ๎‚ฝ๎‚ฆ๎†พ๎‡ง๎€ƒ๎†พ๎‡ ๎‡‡๎€ƒ๎‚ฟ๎‚ฐ๎‚ฆ 1 Irmi saโ€™ad fad๎†—ka ab๎†ฏ wa umm๎†ฏ Panahlah saโ€™ad, tebusanmu adalah ayah dan ibukuโ€™. Hadis ke-85, hal 372 Konteks tuturan Rasulullah kepada saโ€™ad ketika melihat ada seorang laki-laki musyrik yang membakar amarah orang Islam dalam perang Uhud. ๎Šญ๎…š๎‡ค๎‡ณ๎€ƒ๎ƒ‹๎‡ช๎‡Œ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎†ข๎‡ผ๎‡ณ๎€ƒ๎†พ๎†ธ๎‡ด๎‡ณ๎‚ฆ 2 Al-la๎›Šdu lan๎†— wasy-syaqqu ligairin๎†— Lahad untuk kita dan syaq untuk selain kitaโ€™. Hadis ke-24, hal 194 Konteks tuturan Rasulullah kepada para sahabatnya ketika akan menguburkan seseorang yang baru saja masuk Islam. Jurnal CMES Volume XII Nomor 1 Edisi Januari - Juni 2019 Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta 40 ๎€ƒ๎…›๎†ฅ๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎‡‚๎‡ˆ๎†ฆ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎†ค๎‡—๎‡‚๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎…›๎†ฅ๎€ƒ๎‚ฆ๎ˆ‚๎‡ ๎‡ธ๎…ก๎€ƒ๎ˆ๎‚ฆ๎‡€๎ˆˆ๎†ฆ๎‡ป๎€ƒ๎‡‚๎‡ธ๎†ฌ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎†ค๎ˆˆ๎†ฅ๎‡„๎‡ณ๎‚ฆ 3 L๎†— tajma๎‡Œ bainar-ru๎œ’abi wal-busri wa bainaz-zab๎†ฏbi wat-tamri nab๎†ฏ๎„ชan Janganlah kalian mengumpulkan antara kurma matang dengan kurma yang belum matang dan antara anggur kering dengan kurma kering sebagai minumanโ€™. Hadis ke-50, hal 276 Konteks tuturan nabi kepada orang-orang yang sedang bersamanya karena ada seorang laki-laki yang mabuk karena minum campuran kurma dan anggur. Pada contoh 1, tuturan tersebut dituturkan oleh Nabi Muhammad kepada Saโ€™ad bin Abi Waqas. Tuturan tersebut adalah tuturan yang berbentuk kalimat imperatif yang ditandai oleh fiโ€™il Amr irmiโ€™ yang bermaksud memerintahkan Saโ€™ad untuk memanah laki-laki musyrik yang sedang membakar amarah muslimin. Adapun contoh 2, dituturkan oleh Nabi Muhammad kepada para sahabat yang akan mengubur orang yang baru masuk Islam. Tuturan tersebut berbentuk kalimat deklaratif yang bermaksud perintah untuk membuatkan lahad untuk mengubur mayat orang yang baru masuk Islam. Pada contoh 3, tuturan tersebut dituturkan kepada orang-orang yang sedang bersamanya. Tuturan itu berbentuk kalimat imperatif yang ditandai dengan l๎†— an-n๎†—hiyah l๎†— tajma๎‡Œ yang bermaksud larangan untuk mencampur kurma matang dengan kurma yang belum matang dan mencampur anggur kering dengan kurma kering. Pada contoh-contoh di atas, dapat dilihat bahwa penyampaian perintah dan larangan tidak hanya menggunakan bentuk kalimat imperatif, namun juga dapat menggunakan kalimat deklaratif. Perintah dan larangan juga tidak hanya disampaikan dengan tindak tutur langsung, tetapi bisa juga disampaikan dengan tindak tutur tidak langsung. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk mengetahui modus yang dipakai dalam penyampaian perintah dan larangan dalam hadis. Objek kajian pada penelitian ini adalah buku ang berjudul Asbabul-Wurud Al-Hadi๎œ† karya Imam Suyuthi. Buku ini memiliki beberapa kelebihan dibanding kitab-kitab hadis yang lain, yaitu praktis, disertai dengan konteks hadis, klasifikasinya berdasarkan ilmu fiqih sehingga lebih aplikatif, kompilasi dari banyak kitab hadis, dan dapat mewakili hadis-hadis dalam kitab hadis lain. Karena kelebihan itulah, kitab ini dijadikan objek kajian dalam penelitian ini. B. Teori dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan teori tindak tutur Searle dalam kajian pragmatik. Pragmatik adalah kajian tentang hubungan bahasa dengan konteks yang menjadi dasar atas pemahaman bahasa Levinson, 1983. Hal itu juga senada dengan pendapat Yule 20063 yang menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur bahasa yang dihubungkan dengan konteks. Wijana 19961 menyatakan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari eksternal bahasa dalam penggunaannya sebagai alat komunikasi. Pragmatik juga mengkaji makna yang berbeda dengan makna yang dikaji dalam semantik. Makna dalam kajian pragmatik adalah makna ujaran yang terdapat pada eksternal bahasa, sedangkan makna dalam kajian semantik adalah makna kalimat yang terdapat pada internal bahasa Purwo, 199016. Persoalan tindak tutur merupakan salah satu persoalan utama dalam pragmatik. Dalam penggunaannya, Searle dalam parker 198617 menyebutkan bahwa tindak tutur dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Tuturan ๎€„๎ฒ๎Ž‘๎ŽŽ๎Ž˜๎›๎€ƒ ๎ž๎ค๎Žฃ๎Ž Ambilkan buku saya!โ€™ menunjukkan tindak tutur ilokusi yaitu meminta secara langsung. Hal itu berbeda dengan tuturan ๎‹ฎ๎ฒ๎Ž‘๎ŽŽ๎Ž˜๎›๎€ƒ ๎ž๎ค๎Žค๎Ž—๎€ƒ ๎ฅ๎Žƒ๎€ƒ ๎Š๎ด๎„๎Ž˜๎Žด๎Ž—๎€ƒ ๎ž๎ซ Bisakah anda membawakan buku saya?โ€™ Jurnal CMES Volume XII Nomor 1 Edisi Januari - Juni 2019 Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta 41 yang merupakan bentuk tindak tutur ilokusi meminta secara tidak langsung. Tindak tutur langsung dapat ditandai dari wujud formal sintaksisnya. Tindak tutur langsung adalah tuturan yang sesuai dengan modus kalimatnya, misalnya kalimat tanya digunakan untuk bertanya, kalimat deklaratif digunakan untuk memberitahukan, sedangkan kalimat perintah digunakan untuk menyuruh, mengajak, atau memohon untuk melakukan sesuatu, contohnya kalimat perintah ๎€„๎ฒ๎Ž˜๎ˆ๎”๎Žค๎ฃ๎€ƒ๎Žฌ๎Žง Ambilkan tas sayaโ€™, kalimat deklaratif ๎€ƒ๎Ž๎Žซ๎ŽŽ๎Ž˜๎Žณ๎Žƒ๎€ƒ๎Ž–๎จ๎›๎ŽŽ๎จ๎ซ aku dosen di siniโ€™, dan kalimat tanya ๎‹ฎ๎ž๎ค๎Œ๎Ž—๎€ƒ๎Ž๎Žซ๎ŽŽ๎ฃ Apa yang kamu lakukan?โ€™. Sedangkan kalimat tidak langsung adalah tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya, misalnya kalimat tanya digunakan untuk menyuruh, kalimat deklaratif digunakan untuk menawarkan, dan sebagainya. Tindak tutur tidak langsung ini bisa mengakibatkan respon yang beragam tergantung dari konteksnya. Sebagai contoh, tuturan seorang kakak yang lagi belajar kepada adiknya yang bermain bersama teman-temannya sambil berteriak-teriak ๎Ž—๎€ƒ๎ž๎ซ๎‹ฎ๎€ƒ๎Ž–๎œ๎Žด๎Ž—๎€ƒ๎ฅ๎Žƒ๎€ƒ๎Š๎ด๎„๎Ž˜๎Žด apakah kamu bisa diam?โ€™. Tuturan tersebut merupakan kalimat tanya yang digunakan untuk menyuruh. Berdasarkan fungsinya, Searle dalam Rahardi, 200536 menggolongkan tindak tutur ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif, yaitu tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, tindak tutur komisif, dan tindak tutur deklarasi. Penjelasan kelima macam bentuk tuturan yang menunjukkan fungsi itu dapat dirangkum sebagai berikut 1. Asertif , yakni bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan stating, menyarankan suggesting, menbual boasting, mengeluh complaining, dan mengklaim claiming. 2. Direktif, yakni bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturannya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan, misalnya, memesan orderin, memerintah commanding, memohon requesting, menasehati advising, dan merekomendasi recommending. 3. Ekspresif, adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih thanking, memberi selamat congratulating, meminta maaf pardoning, menyalahkan blambing, memuji praising, berbelasungkawa condoling. 4. Komisif, yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji promising, bersumpah vowing, dan menawarkan sesuatu offering 5. Deklarasi, yaitu bentuk tuturan yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan, misalnya berpasrah resigning, memecat dismissing, menbaptis chistening, memberi nama naming, mengangkat appointing, mengucilkan excommicating, dan menghukum sentencing. Menurut Yule 200693, tindak tutur direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi perintah, pesan, permohonan, dan saran. Menurut Bach dan Harnish 197947 tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang digunakan penutur untuk mengekspresikan maksud penutur yang dijadikan alasan bagi petutur untuk bertindak. Tindak tutur tersebut berupa permintaan, perintah, pertanyaan, dan larangan. Keempatnya dibedakan berdasarkan kekuatan usahanya, tetapi pada dasarnya bertujuan agar petutur melakukan sesuatu untuk penutur Kreidler, 1998191. Dapat disimpulkan dari ungkapan-ungkapan di atas bahwa tindak tutur direktif dapat berupa perintah, pesan, permohonan, saran, permintaan, pertanyaan, maupun larangan. Selain itu, tindak tutur mempunyai beberapa bentuk. Bentuk tindak tutur dalam penelitian ini menggunakan teori Jurnal CMES Volume XII Nomor 1 Edisi Januari - Juni 2019 Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta 42 Wijana. Bentuk tindak tutur yang dimaksud adalah modus kalimat yang dipakai dalam tindak tutur. Menurut Wijana, kalimat berdasarkan modusnya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu kalimat deklaratif, kalimat imperatif, dan kaliamat interogatif. 1. Kalimat deklaratif Kalimat deklaratif berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian seperti tercemin pada pandangan mata yang menunjukkan adanya perhatian. Kalimat berita mempunyai pola intonasi yang disebut pola intonasi berita. Kalimat berita di dalamnya tidak ada kata-kata tanya seperti apa, siapa, di mana, mengapa, kata-kata ajakan seperti mari, ayo, kata persilahan silahkan, serta kata larangan jangan. Jadi, penentu jenis kalimat di sini didasarkan pada ciri formal kalimat dan bukan ditentukan oleh tanggapan yang diharapkan dan oleh maknanya. 2. Kalimat imperatif Kalimat imperatif merupakan kalimat yang mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara dan ditandai dengan intonasi suruh. Berdasarkan strukturnya, kalimat imperatif dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu kalimat perintah sebenarnya, kalimat larangan, kalimat persilaan, dan kalimat ajakan. Kalimat perintah sebenarnya merupakan kalimat imperatif yang bermaksud perintah, sedangkan kalimat larangan merupakan kalimat imperatif yang bermaksud larangan. kalimat perintah adalah kalimat yang menuntut dilaksanakannya suatu pekerjaan dari pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya Al-Jarim dan Amin, 1999179. Kalimat perintah dalam bahasa Arab ditandai dengan empat hal, yaitu fiโ€™il amr, lam amr , mashdar pengganti fiโ€™il amr, dan ism fiโ€™il amr. sedangkan kalimat larangan adalah kalimat yang menuntut untuk tidak dilaksanakannya suatu pekerjaan. Kalimat larangan dalam bahasa Arab ditandai dengan fiโ€™il mudhariโ€™ yang didahului oleh la nahiyah. 3. Kalimat interogatif Kalimat interogatif berfungsi menanyakan sesuatu dan ditandai dengan tanda tanya. Menurut Rahardi 200577-78, Kalimat interogatif dibagi menjadi dua, yaitu kalimat interogatif total dan kalimat interogatif parsial. Kalimat interogatif total biasanya ditandai dengan adanya kata-kata kah, apa, apakah, bukan, dan bukankah yang hanya memerlukan jawaban ya, sudah, tidak, bukan, atau belum. adapun kalimat interogatif parsial biasanya ditandai kata-kata tanya yang memerlukan jawaban penjelasan seperti, apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, mana, bilamana, kapan, bila, dan berapa. Dalam bahasa arab, kalimat interogatif total ditandai dengan adanya kata tanya seperti ๎ž๎ซ dan ๎Žƒ yang memerlukan jawaban ๎ข๎Œ๎ง dan ๎ป . Pada kata tanya ๎Žƒ , selain memerlukan jawaban ๎ข๎Œ๎ง dan ๎ป , kadang dia juga memerlukan jawaban yang berbentuk pilihan. Adapun kalimat interogatif parsial ditandai dengan kata-kata tanya yang memerlukan jawaban penjelasan seperti ๎€ƒ๎€๎Žซ๎ŽŽ๎ฃ๎€ƒ๎€๎’๎ด๎›๎€ƒ๎€๎ฆ๎ณ๎Žƒ๎€ƒ๎€๎ฆ๎ฃ๎€ƒ๎€๎ŽŽ๎ฃ๎€ƒ๎‹ท๎ฑ๎Žƒ๎€ƒ๎€๎Žซ๎ŽŽ๎ค๎Ÿ Kajian pragmatik adalah makna ujaran yang terdapat pada eksternal bahasa. Eksternal bahasa yang dimaksud dalam kajian pragmatik adalah aspek-aspek tutur yang meliputi penutur dan petutur, konteks, tujuan tutur, tuturan sebagai tindak tutur dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Penutur adalah orang yang mengeluarkan tuturan dan penutur adalah orang yang menjadi sasaran tuturan. Aspek yang berkaitan dengan penutur dan petutur adalah umur, latar belakang sosial, ekonomi, ras, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan sebagainya. Konteks adalah suatu Jurnal CMES Volume XII Nomor 1 Edisi Januari - Juni 2019 Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta 43 pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur. Konteks tuturan mencakup aspek seting sosial yang melatarbelakangi tuturan yang bersangkutan. Tujuan tuturan adalah maksud penutur mengucapkan sesuatu. Tuturan dalam kajian pragmatik dapat dipahami sebagai bentuk tindak tutur dan dapat dipahami juga sebagai produk tindak tutur. Hymes dalam Chaer, 200447-49 mengemukakan konsep situasi tutur yang terangkum dalam sebuah akronim SPEAKING yaitu setting tempat, participant peserta tutur, ends tujuan, act of sequence urutan tutur, keys cara, instrumenties media, norms norma, dan genres kategori tuturan. 1. S adalah setting, yaitu tempat dan waktu terjadinya pertuturan, termasuk didalamnya kondisi psikologis dan kultural yang menyangkut pertuturan tersebut. 2. P adalah participant atau peserta tutur, yaitu penutur dan petutur yang merupakan pihak yang terlibat dalam peristiwa tutur 3. E adalah ends, yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam suatu situasi tutur. 4. A adalah act of sequence, yaitu urutan tutur yang mengacu pada bentuk dan isi aktual dari apa yang dibicarakan dalam tuturan. 5. K adalah keys, yaitu cara atau jiwa dari pertuturan yang dilangsungkan. Hal ini meliputi kondisi psikologi seseorang saat bertutur 6. I adalah instrumentalities, yaitu penggunaan kaidah berbahasa dalam pertuturan. 7. N adalah norm, yaitu norma atau aturan dalam berinteraksi. 8. G adalah genres, yaitu kategori tuturan yang dapat berbentuk puisi, surat, artikel dan sebagainya. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif. Ada tiga tahapan dalam penulisan penelitian ini, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Pada tahap pengumpulan data, data diperoleh dari hadis dalam buku Asbab Wurud Al-Hadits karya Imam As-Suyuthi dengan menggunakan metode simak dan dilanjutkan dengan menggunakan teknik catat, yakni mencatat hasil penyimakan data pada kartu data Kesuma, 200744-45. Data berupa tuturan pada hadis yang mengandung tindak tutur perintah dan larangan. Tuturan-tuturan tersebut dicatat dan ditransliterasikan ke tulisan latin berdasarkan pedoman tranliterasi yang dikeluarkan oleh Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Selanjutnya, dilakukan pengklasifikasian data untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Pada tahapan analisis, digunakan metode kontekstual. Penulis berusaha untuk memahami maksud penutur dengan menggunakan kaidah pragmatik yang berorientasi pada konteks sebuah tuturan Poedjosoedarmo, tt. Selanjutnya penulis mengungkap bentuk-bentuk tindak tutur perintah dan larangan. Setelah analisis data selesai, hasil analisis data akan disajikan dalam bentuk laporan informal Sudaryanto, 1993145. Maksud dari penyajian data dalam bentuk laporan informal adalah penyajian data tersebut disampaikan dengan menggunakan kata-kata biasa, yaitu kata-kata apabila dibaca dengan serta-merta dapat langsung dipahami Kesuma, 200771. C. Pembahasan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa perintah dan larangan Nabi Muhammad merupakan bagian dari tindak tutur direktif yang dalam penyampaiannya memakai tiga modus kalimat, yaitu kalimat imperatif, kalimat deklaratif, dan kalimat interogatif. Jadi, tindak tutur direktif itu tidak hanya disampaikan dengan kalimat imperatif, namun juga dapat disampaikan dengan kalimat deklaratif dan kalimat interogatif. Hal itupun berlaku pada tindak tutur perintah dan larangan yang merupakan bagian dari tindak tutur direktif. Dilihat dari situasi tutur yang melingkupi tuturan perintah dan larangan Nabi Muhammad, dapat dirumuskan Jurnal CMES Volume XII Nomor 1 Edisi Januari - Juni 2019 Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta 44 karakteristik modus kalimat perintah dan larangan Nabi Muhammad yang berupa kalimat Imperatif, kalimat interogatif, dan kalimat deklaratif. 1. Kalimat Imperatif Kalimat imperatif merupakan kalimat yang mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara dan ditandai dengan intonasi suruh Ramlan, 198337. Menurut Chaer 2009197, kalimat imperatif ini dapat berupa perintah maupun larangan. Perintah dalam bahasa Arab yang termasuk dalam kalimat imperatif ditandai dengan tiga hal, yaitu filul-amri, ma๎œˆdar pengganti filul-amri, dan ismu filil-amri, sedangkan larangan dalam bahasa Arab ditandai dengan al-filul-mudhariu yang didahului oleh l๎†— an-nahiyah Al-Jarim dan Amin, 1999179-184. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kalimat imperatif yang dipakai dalam perintah dan larangan Nabi Muhammad berbentuk filul-amri, ismu filil-amri, dan l๎†— an-nahiyah. a. Filul-amri Filul-amri adalah verba yang menuntut dilaksanakannya suatu pekerjaan dari pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya Al-Jarim dan Amin, 1999179. Filul-amri yang digunakan dalam hadis sebagai penanda perintah dapat dilihat pada hadis-hadis berikut. 1 ๎‚ฐ๎†ข๎‡ธ๎…ฌ๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎…›๎ƒ‹๎‡จ๎…ฌ๎‚ฆ๎€ƒ๎ˆ„๎‡ด๎‡Ÿ๎€ƒ๎‚ฆ๎ˆ‚๎†ธ๎‡ˆ๎‡ท๎‚ฆ Imsa๎›Š๎‡Œ alal-khuffaini wal-khim๎†—ri Usaplah bagian atas khuf dan kerudungโ€™. Hadis ke-7, hal135 Konteks Tuturan Rasulullah kepada pasukan yang diutus untuk sebuah ekspedisi yang mengadu kedinginan ketika berwudu selama menjalankan tugasnya. Data 1 di atas merupakan tuturan Rasulullah yang berisi perintah kepada pasukan ekspedisi untuk mengusap khuf sepatu dari kulit dan penutup kepala ketika berwudhu tanpa harus melepasnya karena hawa dingin yang menyelimuti mereka. Tuturan tersebut dimulai dengan filul-amri ๎Ž๎ฎ๎Žค๎Žด๎ฃ๎Ž imsa๎›Š๎‡Œ Usaplahโ€™ yang berasal dari verba ๎Žข๎Žด๎ฃ๎€๎Žข๎Žด๎ค๎ณ masa๎›Ša-yamsa๎›Šu mengusapโ€™. filul-amri tersebut merupakan bentuk jamak yang ditandai dengan adanya wawu di akhir, sedangkan bentuk tunggalnya adalah ๎Žข๎Žด๎ฃ๎Ž imsah usaplahโ€™. Hal yang mendasari munculnya tuturan Rasulullah adalah aduan dari pasukan ekspedisi yang dikirim oleh Rasulullah tentang dingin yang dialami mereka ketika berwudu untuk melaksanakan salat. Wudu merupakan salah satu syarat sahnya salat. Karena salat hukumnya wajib, maka wudu sebelum salat hukumnya juga wajib. Rukun wudu ada lima, yaitu niat, membasuh wajah, mencuci tangan, mengusap sebagian kepala, mencuci kaki, dan tertib. Kesempurnaan wudu sangat penting untuk kesempurnaan salat. Oleh karena itu, Rasulullah menggunakan kalimat imperatif yang berupa perintah dalam tuturannya mengenai wudu, seperti tuturan diatas yang menggunakan kata perintah ๎Ž๎ฎ๎Žค๎Žด๎ฃ๎Ž imsah๎‡Œ usaplahโ€™ untuk perintah mengusap dua khuf sebagai pengganti dua kaki dan mungusap tutup kepala sebagai pengganti sebagian kepala. Dalam bahasa Arab, perintah digunakan oleh orang yang berkedudukan tinggi kepada orang yang berkedudukan lebih rendah. Dalam hal ini, Rasulullah berkedudukan sebagai kepala negara yang memberikan perintah kepada pasukan ekspedisi yang mempunyai kedudukan lebih rendah. Tuturan Rasulullah di atas merupakan perintah yang hanya dilaksanakan dalam cuaca dingin. Perintah itu adalah keringanan yang diberikan Rasulullah kepada pasukan ekspedisi karena keadaan yang dingin untuk tidak melepas tutup kepala dan dua khuf ketika berwudu dan hanya mengusapnya menggantikan sebagian kepala dan kedua kaki. 2 ๎ˆ†๎‡ท๎‚ข๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎„บ๎‚ข๎€ƒ๎‚ฝ๎‚ฆ๎†พ๎‡ง๎€ƒ๎†พ๎‡ ๎‡‡๎€ƒ๎‚ฟ๎‚ฐ๎‚ฆ Jurnal CMES Volume XII Nomor 1 Edisi Januari - Juni 2019 Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta 45 Irmi saad fad๎†—ka ab๎†ฏ wa umm๎†ฏ Panahlah saโ€™ad, tebusanmu adalah ayah dan ibukuโ€™. Hadis ke-85, hal 372 Konteks Tuturan Rasulullah kepada saโ€™ad ketika melihat orang-orang musyrik yang membakar amarah muslimin pada perang uhud. Data 2 di atas merupakan tuturan Rasulullah kepada Saโ€™ad bin abi waqqash yang berupa perintah untuk memanah orang-orang musyrik yang akan menyerang mereka pada perang uhud. Perintah itu bisa dilihat dari kalimatnya yang menggunakan filul-amri ๎ก๎Žญ๎Ž irmi panahlahโ€™ yang berasal dari verba ๎ฐ๎ฃ๎Žญ๎€๎ฒ๎ฃ๎Žฎ๎ณ ram๎†—-yarm๎†ฏ memanahโ€™. Hal yang mendasari tuturan Rasulullah di atas adalah adanya perlakuan dari orang-orang musyrik yang membakar amarah muslimin saat perang Uhud. Tuturan tersebut menggunakan kalimat imperatif berupa perintah dengan kata perintah ๎ก๎Žญ๎Ž irmi panahlahโ€™ karena ketika itu masih dalam keadaan perang yang perlu ketegasan dalam memerintah. Selain itu, bentuk perintah dalam bahasa arab, biasanya digunakan oleh orang yang berkedudukan lebih tinggi kepada orang yang berkedudukan lebih rendah. Posisi Rasulullah dalam perang tersebut merupakan pimpinan perang yang lebih tinggi kedudukannya dibanding saโ€™ad yang merupakan pasukan perang. Dilihat dari segi umur, Rasulullah pun lebih tua daripada saโ€™ad. b. Ismu filil-amri Ismu filil-amri adalah nomina yang mewakili verba imperatif dalam makna dan penggunaannya Hamid, 200973. Bentuk Ismu filil-amri mempunyai tingkat kesopanan yang sedikit lebih tinggi dibanding filul-amri karena berbentuk nomina, tetapi bermakna perintah. Ismu filil-amri yang digunakan dalam hadis bisa dilihat pada hadis berikut. 3 ๎€ƒ๎†ข๎‡ฟ๎ˆ‚๎†ซ๎ฆ๎€ƒ ๎ˆ๎‡ง๎€ƒ ๎‚จ๎ˆ๎‡๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ ๎†ช๎‡ธ๎ˆˆ๎ƒŠ๎‡ซ๎ƒ‰๎‚ข๎€ƒ๎‚ฆ๎ƒˆ๎‚ฏ๎ƒŠ๎‚ค๎€ƒ๎†จ๎‡ผ๎ˆˆ๎‡ฐ๎ƒ‹๎‡ˆ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‡ถ๎‡ฐ๎ˆˆ๎‡ด๎‡Ÿ๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎‚ฆ๎ˆ‚๎‡Œ๎‡ท๎‚ฆ๎ƒ‚๎€ƒ๎‚๎ƒ€๎ˆ‚๎‡ ๎‡ˆ๎†ซ๎€ƒ๎‡ถ๎†ฌ๎‡ป๎‚ข๎ƒ‚๎‚ฆ๎ˆ‚๎ƒ‹๎…ค๎†˜๎‡ง๎€ƒ๎‡ถ๎‡ฐ๎†ซ๎†ข๎‡ง๎€ƒ๎†ข๎‡ท๎ƒ‚๎€ƒ๎‚ฆ๎ˆ‚๎ƒ‹๎‡ด๎‡๎‡ง๎€ƒ๎‡ถ๎†ฌ๎‡ฏ๎‚ฐ๎‚ฎ๎‚ข๎€ƒ๎†ข๎‡ธ๎‡ง 3 I๎„ช๎†— uq๎†ฏmati๎œˆ๎œˆal๎†—tu fal๎†— taฮ„t๎‡Œh๎†— wa antum tasauna wamsy๎‡Œ wa alaikumus-sak๎†ฏnata fam๎†— adraktum fa ๎œˆall๎‡Œ wa m๎†— f๎†—takum fa atimm๎‡Œ Apabila iqamat salat telah dikumandangkan, maka janganlah kalian mendatanginya dalam keadaan berlari-lari kecil, tetapi datangilah dalam keadaan berjalan dan kalian harus tenang. Seberapa yang kalian dapati kalian laksanakan dan yang tidak kalian dapati sempurnakanlahโ€™. Hadis ke-13, hal155 Konteks Tuturan Rasulullah kepada beberapa orang yang gaduh karena tergesa-gesa untuk mengikuti jamaah bersama Rasulullah. Pada data 3 di atas terdapat kalimat ๎€ƒ๎Ž”๎จ๎ด๎œ๎Žด๎Ÿ๎Ž๎€ƒ ๎ข๎œ๎ด๎ ๎‹ alaikumus-sak๎†ฏnata yang menunjukkan kalimat perintah yang berbentuk ismu filil-amri. Kalimat ๎€ƒ ๎ข๎œ๎ด๎ ๎‹๎Ž”๎จ๎ด๎œ๎Žด๎Ÿ๎Žalaikumus-sak๎†ฏnata pada tuturan Rasulullah tersebut bermakna ๎Ž”๎จ๎ด๎œ๎Žด๎Ÿ๎Ž๎€ƒ ๎Ž๎ฎ๎ฃ๎Žฐ๎Ÿ๎Ž ilzamus-sak๎†ฏnata kalian harus tenangโ€™. Tuturan Rasulullah tersebut berisi perintah untuk bersikap tenang ketika berangkat ke masjid meskipun harus ketinggalan rakaat salat. Pada tuturan rasulullah di atas, perintah untuk tenang disampaikan dengan bentuk ismu filil-amri karena merupakan perintah tambahan sebagai keterangan dari perintah sebelumnya, yaitu ๎Ž๎ฎ๎Žธ๎ฃ๎Ž imsy๎‡Œ berjalanlahโ€™. Tuturan di atas berisi larangan untuk mendatangi salat dengan tergesa-gesa yang diikuti perintah untuk berjalan dengan tenang. Bentuk ismu filil-amri lebih sopan dari fiโ€™lul-amri. Jurnal CMES Volume XII Nomor 1 Edisi Januari - Juni 2019 Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta 46 c. L๎†— an-n๎†—hiyah L๎†— an-n๎†—hiyah adalah huruf yang menjazamkan verba mu๎ฆŒari yang digunakan untuk melarang. Tingkat kesopanan bentuk L๎†— an-n๎†—hiyah ini setara dengan tingkat kesopanan bentuk filul-amri. Hadis yang menggunakan bentuk ini dapat dilihat pada data-data berikut. 4 ๎€ƒ๎‚ฟ๎†ข๎‡œ๎‡ ๎‡ณ๎Šช๎€ƒ๎ˆ๎ƒ‚๎€ƒ๎‚ช๎ƒ‚๎‡‚๎‡ณ๎Šช๎€ƒ๎‚ฆ๎ˆ‚๎†ด๎‡ผ๎†ฌ๎‡ˆ๎†ซ๎€ƒ๎ˆ๎€ƒ๎ƒ‹๎‡บ๎…ช๎‚ฆ๎€ƒ๎‡บ๎‡ท๎€ƒ๎‡ถ๎‡ฐ๎‡ป๎‚ฆ๎ˆ‚๎†ป๎‚ค๎€ƒ๎‚ฎ๎‚ฆ๎‚ฑ๎€ƒ๎‡พ๎‡ป๎†œ๎‡ง L๎†— tastanj๎‡Œ bir-rau๎œ†i wa l๎†— bil-i๎œฒ๎†—mi fa innahu z๎†—da ikhw๎†—nikum minal-jinni Janganlah kalian beristinjak dengan kotoran binatang atau dengan tulang karena sesungguhnya ia adalah bekal saudara-saudara kalian dari bangsa jinโ€™. Hadis ke-5, hal 125 Konteks tuturan Rasulullah kepada ibnu masโ€™ud ketika dia bertanya tentang bekal yang diberikan Rasulullah kepada dua jin yang menemuinya. Data 4 di atas merupakan tuturan Rasulullah yang berisi larangan beristinjak dengan menggunakan kotoran hewan dan tulang karena kedua benda tersebut adalah bekal bagi bangsa jin. Larangan tersebut dapat dilihat pada susunan ๎Ž๎ฎ๎Ž ๎จ๎Ž˜๎Žด๎Ž—๎€ƒ ๎ป l๎†— tastanj๎‡Œ kalian jangan beristinjakโ€™ yang terdiri dari l๎†— an-n๎†—hiyah dan fiil mu๎šฒari dengan subyek kata ganti ๎ข๎Ž˜๎ง๎Žƒ antum kalianโ€™ yaitu adanya huruf taฮ„ di awal fiil dan wawul-jamaah yang diikuti alif pengganti nun di akhir fiil. Fiil mu๎ฆŒ๎†—ri tersebut berasal dari verba ๎ฐ๎Ž ๎จ๎Ž˜๎Žณ๎Ž๎€๎ฒ๎Ž ๎จ๎Ž˜๎Žด๎ณ istanj๎†—-yastanj๎‡Œ beristinjakโ€™. Hal yang mendasari tuturan Rasulullah di atas adalah adanya pertanyaan dari Ibnu Masโ€™ud tentang bekal yang diberikan Rasulullah pada dua jin yang menemuinya. Rasulullah memberikan bekal berupa kotoran hewan dan tulang untuk dua jin yang belajar agama dengannya. Karena kotoran hewan dan tulang adalah bekal yang diberikan Rasulullah kepada bangsa jin, maka Rasulullah pun melarang beristinjak dengan kedua benda tersebut. Tuturan di atas menggunakan kalimat imperatif berupa larangan agar beristinjak dengan kotoran hewan dan tulang benar-benar dihindari karena rasulullah sendirilah yang memberikan kedua benda tersebut sebagai bekal bagi bangsa jin. Seperti halnya bentuk perintah, bentuk larangan juga digunakan oleh orang yang berkedudukan lebih tinggi kepada orang yang berkedudukan lebih rendah. Dalam hal ini, posisi Rasulullah adalah seorang nabi yang berkedudukan lebih tinggi dari Ibnu masโ€™ud yang mempunyai posisi sebagai umatnya. 5 ๎‚ฐ๎ˆ‚๎†ฆ๎‡ฌ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎ˆ„๎‡ด๎‡Ÿ๎€ƒ๎‚ฆ๎ƒ‚๎†พ๎‡ ๎‡ฌ๎†ซ๎€ƒ๎ˆ L๎†— taqud๎‡Œ alal-qub๎‡Œri Janganlah kalian duduk di atas kuburโ€™ Hadis ke-25, hal 197 Konteks tuturan Rasulullah kepada Umar bin Hazm yang sedang duduk di atas kubur. Data 5 merupakan tuturan Rasulullah yang berisi larangan duduk di atas kuburan. Larangan tersebut dapat dilihat pada susunan ๎Ž๎ญ๎Žช๎Œ๎˜๎Ž—๎€ƒ ๎ป l๎†— taqud๎‡Œ kalian jangan dudukโ€™ yang terdiri dari l๎†— an-n๎†—hiyah dan fiil mu๎šฒari dengan subyek kata ganti ๎ข๎Ž˜๎ง๎Žƒ antum kalianโ€™ yaitu adanya huruf taฮ„ di awal fiil dan wawul-jamaah yang diikuti alif pengganti nun di akhir fiil. Fiil mu๎ฆŒ๎†—ri tersebut berasal dari kata ๎Žช๎Œ๎—๎€๎Žช๎Œ๎˜๎ณ qaada-yaqudu dudukโ€™. Hal yang mendasari tuturan Rasulullah di atas adalah tindakan Umar bin Hazm yang duduk di atas kubur,sehingga Rasulullah segera melarangnya. Bentuk larangan dipakai karena Rasulullah ingin larangan itu segera dilakukan. Larangan dapat berfungsi jika penutur lebih tinggi kedudukannya dari mitra tutur. Kedudukan Rasulullah ketika itu adalah sebagai seorang nabi dan umar bin Hazm sebagai umatnya. 2. Kalimat Interogatif Kalimat interogatif berfungsi menanyakan sesuatu dan ditandai dengan tanda tanya. Menurut Rahardi 200577-78, Kalimat interogatif dibagi menjadi Jurnal CMES Volume XII Nomor 1 Edisi Januari - Juni 2019 Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta 47 dua, yaitu kalimat interogatif total dan kalimat interogatif parsial. Kalimat interogatif total disebut juga dengan kalimat tanya ya-tidak dan biasanya ditandai dengan adanya kata-kata kah, apa, apakah, bukan, dan bukankah yang hanya memerlukan jawaban ya, sudah, tidak, bukan, atau belum. adapun kalimat interogatif parsial yang biasa disebut kalimat tanya informasi dan biasanya ditandai kata-kata tanya yang memerlukan jawaban penjelasan seperti, apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, mana, bilamana, kapan, bila, dan berapa. Dalam bahasa Arab, kalimat interogatif ditandai dengan adanya kata tanya seperti ๎ž๎ซ dan ๎Žƒ yang memerlukan jawaban ๎ข๎Œ๎ง dan ๎ป . Pada kata tanya ๎Žƒ , selain memerlukan jawaban ๎ข๎Œ๎ง dan ๎ป , kadang dia juga memerlukan jawaban yang berbentuk pilihan. Adapun kalimat interogatif parsial ditandai dengan kata-kata tanya yang memerlukan jawaban penjelasan seperti ๎€ƒ ๎€๎Žซ๎ŽŽ๎ค๎Ÿ๎€ƒ๎€๎Žซ๎ŽŽ๎ฃ๎€ƒ๎€๎’๎ด๎›๎€ƒ๎€๎ฆ๎ณ๎Žƒ๎€ƒ๎€๎ฆ๎ฃ๎€ƒ๎€๎ŽŽ๎ฃ๎€ƒ๎‹ท๎ฑ๎Žƒ . a. Kalimat Interogatif Total Kalimat interogatif total dimaksudkan untuk menanyakan keseluruhan informasi yang terdapat dalam pertanyaan. Kalimat interogatif total itu menanyakan tentang kesetujuan dan ketidaksetujuan mitra tutur. Dalam bahasa Arab, kalimat interogatif total ditandai dengan adanya kata tanya ๎ž๎ซ hal apakahโ€™ dan ๎Žƒ a apakahโ€™. Kalimat Interogatif total dalam hadis yang mempunyai maksud untuk memerintah adalah sebagai berikut. 6 ๎€ƒ ๎ˆ„๎‡ด๎‡Ÿ๎€ƒ ๎ƒ‹๎ƒ€๎†œ๎‡ง๎€ƒ๎‚Ÿ๎‡ฝ๎‡€๎‡ฟ๎€ƒ ๎‡ถ๎‡ฐ๎†ฌ๎‡ด๎ˆˆ๎‡ณ๎€ƒ๎‡ถ๎‡ฐ๎†ฌ๎ˆ‡๎‚ข๎‚ฐ๎‚ข๎€ƒ๎ˆ‚๎‡ฟ๎€ƒ๎‡บ๎ƒ‹๎…ฒ๎€ƒ๎ˆ„๎‡ฌ๎†ฆ๎ˆ‡๎€ƒ๎ˆ๎€ƒ๎†ข๎ˆ€๎‡ผ๎‡ท๎€ƒ๎†จ๎‡ผ๎‡‡๎€ƒ๎†จ๎†Ÿ๎†ข๎‡ท๎€ƒ๎‚ฒ๎‚ข๎‚ฐ๎‚ต๎‚ฐ๎ˆ‹๎‚ฆ๎€ƒ๎‡‚๎ˆ€๎‡›๎€ƒ๎ˆ„๎‡ด๎‡Ÿ ๎†พ๎†ท๎‚ข Araฮ„aitakum lailatakum ha๎„ชihi? Fa inna ala raฮ„si miฮ„ati sanatin minh๎†— l๎†— yabq๎†— mimman huwa al๎†— ๎œฒahril-ar๎šฒi ahadun Apakah kalian tidak memperhatikan malam kalian ini? Sesungguhnya pada penghujung seratus tahun dari malam ini, tidak ada seorang pun yang hidup di muka bumi saat ini yang masih tersisaโ€™. Hadis ke-59, hal 309 Konteks Tuturan Rasulullah kepada para sahabatnya setelah salat isyaโ€™ sebulan sebelum Rasulullah wafat. Data 6 merupakan tuturan Rasulullah kepada sahabat-sahabatnya yang berisi perintah untuk memperhatikan malam mereka ketika itu. Perintah tersebut disampaikan dengan kalimat interogatif yang ditandai dengan kata tanya ๎€ƒ๎‹ด๎Žƒ a apakahโ€™. Kalimat interogatif itu tidak membutuhkan jawaban ๎ข๎Œ๎ง naam yaโ€™ atau ๎ป l๎†— tidakโ€™ seperti halnya jawaban untuk kata tanya dalam kalimat interogatif tersebut, tetapi membutuhkan tindakan dari mitra tutur untuk memperhatikan masa hidupnya yang tidak lebih dari seabad. Tuturan itu disampaikan setelah shalat isyaโ€™ sebulan sebelum Rasulullah wafat. Tuturan itu berbentuk interogatif dengan maksud perintah untuk memperhatikan malam mereka karena generasi mereka, generasi para sahabat, akan berakhir seratus tahun kemudian setelah malam itu. Tuturan itu disampaikan dalam keadaan yang tenang dengan tujuan agar pada malam itu, mereka dapat merenungkan hal-hal yang akan dilakukan ke depannya nanti. Tuturan tersebut merupakan pandangan seorang nabi yang sudah diberitahu sekilas tentang masa depan sehingga dapat mengetahui bahwa generasi sahabat akan berakhir seratus tahun kemudian. Pandangan itu pun disampaikan kepada para sahabatnya dengan didahului dengan perintah untuk memperhatikan malam itu. 7 ๎€ƒ๎ˆ„๎‡Œ๎…บ๎€ƒ๎ˆ๎€ƒ๎ƒ‚๎‚ข๎€ƒ๎‡ถ๎‡ฏ๎†พ๎†ท๎‚ข๎€ƒ๎ˆ„๎‡Œ๎…บ๎€ƒ๎†ข๎‡ท๎‚ข๎€ƒ ๎‡ž๎‡ง๎‚ฐ๎€ƒ ๎‚ฆ๎‚ฏ๎‚ค๎€ƒ ๎‡ถ๎‡ฏ๎†พ๎†ท๎‚ข๎€ƒ๎ƒ€๎‚ข๎€ƒ ๎‚ฟ๎†ข๎‡ท๎ˆ๎‚ฆ๎€ƒ ๎‡ฒ๎†ฆ๎‡ซ๎€ƒ ๎‡พ๎‡‡๎‚ข๎‚ฐ๎‡ฒ๎‡ ๎…ธ๎€ƒ๎ƒ‚๎‚ข๎€ƒ๎‚๎‚ฐ๎†ข๎…ง๎€ƒ๎‚ฒ๎‚ข๎‚ฐ๎€ƒ๎‡พ๎‡‡๎‚ข๎‚ฐ๎€ƒ๎‰ฆ๎€ƒ๎‡ฒ๎‡ ๎…ธ ๎€ƒ๎‰ฆ๎‚ฐ๎†ข๎…ง๎€ƒ๎‚จ๎‚ฐ๎ˆ‚๎‡๎€ƒ๎‡พ๎†ซ๎‚ฐ๎ˆ‚๎‡ A m๎†— yakhsya a๎›Šadukum aw l๎†— yakhsya a๎›Šadukum i๎„ช๎†— rafaa raฮ„sahu qablal-im๎†—mi Jurnal CMES Volume XII Nomor 1 Edisi Januari - Juni 2019 Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta 48 an yajalallahu raฮ„sahu raฮ„sa ๎›Šim๎†—rin aw yajalallahu ๎œˆ๎‡Œratahu ๎œˆ๎‡Œrata ๎›Šim๎†—rin Tidakkah takut salah seorang diantara kalian atau tidak takutkah salah seorang diantara kalian apabila ia mengangkat kepalanya sebelum imam, Allah akan menjadikan kepalanya seperti kepala keledai atau Allah menjadikan bentuknya seperti bentuk keledaiโ€™. Hadis ke-11, hal 152 Konteks Tuturan Rasulullah kepada pengikutnya yang salat bersamanya. Ketika itu, ada seseorang yang mendahului Rasulullah ketika rukuk dan bangkit dari rukuk. Data 7 di atas adalah tuturan Rasulullah kepada sahabat-sahabatnya yang berisi larangan mendahului imam ketika bangkit dari rukuk. Larangan ini disampaikan dengan kalimat interogatif yang ditandai dengan kata tanya ๎Žƒ a apakahโ€™. Larangan itu disampaikan karena ada salah satu sahabat yang mendahului rasulullah ketika bangkit dari rukuk. Kalimat interogatif itu tidak membutuhkan jawaban ๎ข๎Œ๎ง naam yaโ€™ atau ๎ป l๎†— tidakโ€™ seperti halnya jawaban dari kata tanya dalam kalimat interogatif tersebut, tetapi membutuhkan tindakan dari mitra tutur untuk tidak mendahului imam. Tuturan Rasulullah di atas disampaikan setelah salat berjamaah, karena ada seorang laki-laki yang rukuk dan bangkit dari rukuk mendahului Rasulullah hanya untuk menguji pengetahuan Rasulullah tentang perbuatannya itu. Rasulullah melarang laki-laki itu dan juga yang lainnya untuk tidak mendahului imam dalam rukuk dan bangkit dari rukuk karena Allah akan menjadikan kepala atau bentuknya seperti kepala atau bentuk keledai. Tuturan itu disampaikan dengan kalimat interogatif untuk sebuah larangan agar tidak menyinggung laki-laki tersebut. Objek dari tuturan tersebut pun diarahkan kepada jamaah yang lain dan tidak langsung kepada laki-laki tersebut agar yang lain dapat mengambil pelajaran dari kejadian itu. b. Kalimat Interogatif Parsial Kalimat interogatif parsial adalah kalimat interogatif yang dimaksudkan untuk menanyakan sebagian informasi yang terkandung di dalam pertanyaan. Kalimat interogatif ini, biasanya menggunakan kata tanya yang jenis dan macamnya ditentukan berdasarkan sifat objek yang dimaksudkan dalam kalimat tersebut. Kalimat interogatif dalam hadis yang mengandung maksud perintah maupun larangan dapat dilihat pada tuturan berikut. 8 ๎€ƒ๎€ƒ๎‚ง๎‡€๎‡ฐ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎„ฟ๎€ƒ๎ƒ€๎ˆ‚๎†ฌ๎‡ง๎†ข๎ˆ€๎†ฌ๎†ซ๎€ƒ๎‡ถ๎‡ฏ๎‚ฆ๎‚ฐ๎‚ข๎€ƒ๎……๎€ƒ๎†ข๎‡ท๎€ƒ๎€ƒ๎ƒ‹๎ƒ€๎‚ข๎€ƒ๎ˆ๎‚ข๎€ƒ๎‚๎‚ฐ๎†ข๎‡ผ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎„ฟ๎€ƒ๎‚ณ๎‚ฆ๎‡‚๎‡จ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎†ช๎‡ง๎†ข๎ˆ€๎†ฌ๎†ซ๎€ƒ๎†ข๎‡ธ๎‡ฏ๎€ƒ๎ƒ‹๎ˆ๎‚ค๎€ƒ๎‚ฟ๎‚ฎ๎‚ก๎€ƒ๎‡บ๎†ฅ๎‚ฆ๎€ƒ๎ˆ„๎‡ด๎‡Ÿ๎€ƒ๎‚ง๎ˆ‚๎†ฌ๎‡ฐ๎‡ท๎€ƒ๎‚ง๎‡€๎‡ฏ๎€ƒ๎‡ฒ๎‡ฏ๎‡ฒ๎†ณ๎‡‚๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‚ง๎‡€๎‡ฏ๎€ƒ๎€๎‚ช๎ˆ๎†ฏ๎€ƒ๎„ฟ๎€ƒ๎€ƒ๎†ข๎ˆ€๎ˆˆ๎‡“๎…š๎‡ณ๎€ƒ๎‡พ๎†ซ๎‚ข๎‡‚๎‡ท๎‚ฆ๎€ƒ๎‚ง๎‡‚๎…ซ๎‚ฆ๎€ƒ ๎ƒ‹๎ƒ€๎†œ๎‡ง๎€ƒ ๎‚ง๎‡‚๎†ธ๎‡ด๎‡ณ๎€ƒ ๎‡ฒ๎†ณ๎‡‚๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ ๎‚ง๎‡€๎‡ฏ๎€ƒ ๎ƒ‚๎€ƒ๎‚ฌ๎ˆ๎‡๎ˆ๎‚ฆ๎€ƒ ๎„ฟ๎€ƒ ๎‡ฒ๎†ณ๎‡‚๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ ๎‚ง๎‡€๎‡ฏ๎€ƒ ๎ƒ‚๎€ƒ ๎†จ๎‡Ÿ๎‡€๎†ป๎…›๎‡ด๎†ณ๎‡‚๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎…›๎†ฅ M๎†— l๎†ฏ ar๎†—kum tatah๎†—fat๎‡Œna fil-ka๎„ชibi kam๎†— tatah๎†—fatul-far๎†—syu fin-n๎†—ri. al๎†— anna kulla ki๎„ชibin makt๎‡Œbun al๎†— ibni ๎†—dama ill๎†— f๎†ฏ ๎œ†al๎†—๎œ†in ka๎„ชabar-rajulu imraฮ„atahu liyur๎šฒ๎†ฏh๎†— wa ka๎„ชabar-rajulu lil-๎›Šarbi fa innal-๎›Šarba khu๎„ชatun wa ka๎„ชabar-rajulu fil-i๎œˆl๎†—hi bainar-rajulaini mengapa aku melihat kalian mengikuti kebohongan seperti anai-anai berterbangan pada api. Ketahuilah, setiap kebohongan tercatat atas nama anak adam kecuali dalam tiga perkara bohongnya seorang laki-laki terhadap istrinya untuk mengambil hatinya, bohongnya laki-laki dalam perang, karena sesungguhnya perang adalah tipu daya, dan Jurnal CMES Volume XII Nomor 1 Edisi Januari - Juni 2019 Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta 49 bohongnya laki-laki untuk mendamaikan dua orangโ€™ Hadis ke-98, hal 406 Konteks Tuturan Rasulullah kepada pasukan ekspedisi yang dikirimnya setelah mendapat laporan dari seorang laki-laki yang dizalimi mereka dengan menolak kambing yang diberikan mereka karena dianggap kurus, kemudian memaksa untuk menggunakan kemah yang merupakan kandang kambing dan mengeluarkan kambing itu. Mereka mengatakan bahwa laporan itu bohong. Kemudian Rasulullah bertanya kepada salah seorang diantara pasukan ekspedisi yang dilihat ada kebaikan darinya. Orang itupun berkata bahwa laporan itu benar. Data 8 di atas adalah tuturan Rasulullah kepada pasukan ekspedisi yang berisi larangan untuk mengikuti kebohongan. Larangan itu disampaikan dengan kalimat interogatif yang ditandai dengan kata tanya ๎ฒ๎Ÿ๎€ƒ ๎ŽŽ๎ฃ m๎†—l๎†ฏ mengapaโ€™. Kalimat interogatif tersebut tidak membutuhkan keterangan sebab mereka mengikuti kebohongan seperti halnya jawaban dari kata tanya dalam kalimat interogatif itu, tetapi membutuhkan tindakan dari mitra tutur untuk tidak mengikuti kebohongan. Tuturan Rasulullah tersebut ditujukan kepada pasukan ekspedisi yang melakukan kebohongan mengenai hal yang telah mereka lakukan, yaitu mendzalimi seseorang dengan menolak kambing yang diberikan mereka karena dianggap kurus, kemudian memaksa untuk menggunakan kemah yang merupakan kandang kambing dan mengeluarkan kambing itu. Sehingga Rasulullah memperingatkan mereka tentang jeleknya berbohong dengan membatasi jenis kebohongan yang diperbolehkan, yang hanya ada dalam tiga kondisi saja, yaitu bohongnya seorang laki-laki terhadap istrinya untuk mengambil hatinya, bohongnya laki-laki dalam perang, dan bohongnya laki-laki untuk mendamaikan dua orang. Dalam kata lain, selain tiga kondisi yang disebutkan nabi tersebut, maka berbohong adalah perbuatan yang dilarang. Kalimat interogatif yang digunakan Rasulullah untuk sebuah perintah kepada pasukan ekspedisi merupakan bentuk kesantunan Rasulullah yang ditunjukkan kepada pasukan ekspedisi yang dikirimnya untuk menghormati tugas yang mereka emban. Kesantunan lain yang juga tampak di dalam hadis tersebut adalah penggunaan perumpamaan, yaitu menyamakan rombongan tersebut dengan segerombolan laron, dan kebohongan dengan api yang dapat membakar laron yang mengikutinya. 3. Kalimat Deklaratif Kalimat deklaratif berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian seperti tercemin pada pandangan mata yang menunjukkan adanya perhatian. Kalimat deklaratif mempunyai pola intonasi yang disebut pola intonasi berita. Pada kalimat deklaratif, tidak ada kata-kata tanya seperti apa, siapa, di mana, mengapa, kata-kata ajakan seperti mari, ayo, kata persilahan silahkan, serta kata larangan jangan. Jadi, penentu jenis kalimat di sini didasarkan pada ciri formal bentuk kalimat dan bukan ditentukan oleh tanggapan yang diharapkan dan oleh maknanya. Menurut Hasyimi 199966, bentuk kalimat deklaratif dalam bahasa Arab dibagi menjadi dua, yaitu kalimat verba dan kalimat nomina. a. Kalimat Verba Kalimat verba adalah kalimat yang didahului oleh verba Gani, 2010203. Menurut Gulayaini 2013691, kalimat verba merupakan kalimat yang tersusun dari al-filu dan al-f๎†—il. Kalimat verba deklaratif yang bermaksud perintah dan larangan dalam hadis dapat dilihat pada tuturan-tuturan berikut. Jurnal CMES Volume XII Nomor 1 Edisi Januari - Juni 2019 Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta 50 9 ๎‚ฟ๎ˆ‚๎†ด๎†„๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒ‚๎€ƒ๎‡ถ๎†ณ๎†ข๎…ซ๎‚ฆ๎€ƒ๎‡‚๎‡˜๎‡ง๎‚ข Af๎œ’aral-๎›Š๎†—jimu wal-ma๎›Šj๎‡Œmu Telah berbuka puasa orang yang membekam dan dibekamโ€™. Hadis ke-30, hal 216 Konteks tuturan Rasulullah kepada Syaddad bin Aus yang saat itu bersama Rasulullah ketika melewati tukang bekam yang sedang membekam sambil bergunjing. Data 9 di atas adalah tuturan Rasulullah kepada syaddad bin Aus yang berisi larangan untuk menggunjing ketika berpuasa. Larangan tersebut disampaikan dengan kalimat deklaratif yang ditandai dengan ketiadaan kata perintah dan kata tanya. Kalimat deklaratif tersebut berupa kalimat verba karena didahului oleh verba ๎Žฎ๎„๎“๎Žƒ af๎งฌara berbuka puasaโ€™ dan tersusun dari al-fiโ€™lu dan al-f๎†—ilu. Al-fiโ€™lu dalam kalimat tersebut adalah ๎Žฎ๎„๎“๎Žƒ af๎งฌara berbuka puasaโ€™, sedangkan al-f๎†—ilunya adalah ๎ข๎ŽŸ๎ŽŽ๎Žค๎Ÿ๎Ž al-๎›Š๎†—jimu yang membekamโ€™. Tuturan di atas adalah ditujukan kepada syaddad bin aus, sahabat Rasulullah, agar dia tidak bergunjing ketika puasa. Tuturan itu keluar ketika melewati tukang bekam yang membekam pasiennya sambil bergunjing. Hal itu terjadi pada bulan Ramadan. b. Kalimat Nomina Kalimat nomina adalah kalimat yang didahului oleh nomina Ghani, 2010203. Menurut Gulayaini 2013 691, kalimat nomina merupakan kalimat yang tersusun dari mubtadaโ€™ dan khabar. Kalimat nomina yang bermaksud perintah dan larangan pada hadis dapat dilihat pada tuturan-tuturan berikut. 10 ๎ˆ„๎‡ด๎‡จ๎‡ˆ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎†พ๎ˆˆ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‡บ๎‡ท๎€ƒ๎…š๎†ป๎€ƒ๎ˆ†๎‡ด๎‡ ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎†พ๎ˆˆ๎‡ณ๎‚ฆ Al-yadul-ulya khairun minal-yadis-sufl๎†— Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawahโ€™ Hadis ke-61, hal 315 Konteks Tuturan Rasulullah kepada Hakim Ibnu Hizam ketika dia meminta sedekah ketiga kalinya kepada Rasulullah dan selalu diberi. Data 10 di atas adalah tuturan Rasulullah kepada kepada Hakim Ibn Hizam yang berisi larangan untuk meminta-minta. Larangan tersebut disampaikan dengan kalimat deklaratif yang ditandai dengan ketiadaan kata perintah maupun kata tanya. Kalimat deklaratif yang dipakai berupa kalimat nomina karena didahului oleh nomina yaitu ๎Žช๎ด๎Ÿ๎Ž al-yadu tanganโ€™ dan terdiri dari mubtadaฮ„ dan khabar. Mubtadaฮ„ pada kalimat itu adalah ๎Žช๎ด๎Ÿ๎Ž al-yadu tanganโ€™ yang disifati dengan kata ๎ฒ๎ ๎Œ๎Ÿ๎Ž al-uly๎†— di atasโ€™, sedangkan khabarnya adalah ๎Žฎ๎ด๎Žง khoirun lebih baikโ€™. Tuturan di atas ditujukan kepada Hakim Ibn Hizam. Dia meminta sedekah kepada Rasulullah,lalu Rasulullah memberinya. Hal itu dilakukannya sampai tiga kali sehingga Rasulullah pun melarangnya untuk meminta sedekah lagi dengan memberitahu bahwa tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah yang artinya memberi lebih baik dari meminta. D. Kesimpulan Hadis merupakan pedoman hidup umat Islam setelah al-Qurโ€™an. Hadis merupakan perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad yang harus dipahami secara bahasa dan dikaitkan dengan konteks yang melingkupinya sehingga mendapatkan pemahaman yang benar. Selain itu, dalam mengungkapkan kata-katanya, Nabi Muhammad juga menggunakan strategi tertentu agar perkataannya dapat diterima dengan baik oleh mitra tuturnya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang modus tindak tutur perintah dan larangan Nabi Muhammad dalam hadis ini, dapat diketahui bahwa tindak tutur perintah dan larangan dalam hadis mempunyai beberapa modus kalimat, yaitu a Kalimat deklaratif, dengan bentuk kalimat verba dan kalimat nomina, b Kalimat Imperatif, dengan bentuk filul-amri, ismu filil-amri, dan l๎†— an-nahiyah c Kalimat interogatif yang ditandai dengan pemakaian kata โ€œ๎€ƒ๎‹ด๎Žƒโ€ dan โ€œ๎ŽŽ๎‹ด๎ฃโ€. Jurnal CMES Volume XII Nomor 1 Edisi Januari - Juni 2019 Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta 51 Daftar Pustaka Austin, 1962. How to Do Things with Words. Oxford Oxford University Press. Bach, Kent dan Robert M. Harnish. 1979. Linguistic Communication and speech act. London The MIT Press. Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia Pendekatan-Proses. Jakarta Penerbit Rineka Cipta Ghani, Aiman Amin Abdul. 2010. An-Nahwu Al-Kafi. Dar At-Taufiqiyyah Li At-Turats Kairo Gulayaini, Mushthafa. 2010. J๎†—miโ€™ul Dur๎‡Œs al-Arabiyah. Cairo Darussalam Hamid. Muhyidin Abdul. 2009. Au๎šฒahu Al-Masaliki Il๎†— Alfiyati Ibni M๎†—liki Jilid 4. Kairo Dar A๎œ’-๎œ‘al๎†—ฮ„ii Lin-Nasyri Wa At-Taiz๎†ฏi Al-Jarim, Ali dan Musthafa Amin. 1999. Al-Bal๎†—gah Al-W๎†—๎šฒi๎›Šah. Kairo Darul Maarif. Jazuli, Ahmad, 2015. Tindak Tutur Perintah dan Larangan dalam Hadis. Yogyakarta Universitas Gadjah Mada. Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta Carasvati Book. Kreidler, Charles W. 1998. Introduction English Semantic. London Routledge. Levinson, Stephen C. 1991. Pragmatics. Cambridge Cambridge University Press. Parker, Frank. 1986. Linguistics for Non Linguist. London Taylor and Francis, Ltd. Poedjosoedarmo, Soepomo. tt. Penentuan Metode Penelitian Naskah. Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta Kanisius. Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta Penerbit Erlangga. Rohmadi, Muhammad. 2010. Pragmatik Teori dan Analisis. Surakarta Yuma Pustaka. Searle, 1969. Speech Act An Essay in the Philosophy Of Language. Cambridge Cambridge University Press. Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta Duta Wacana Press. As-Suyuthi, Imam Jalaluddin. 2009. Asbab Wurud Al-Hadits. Jakarta Pustaka As-Sunah. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta Andi Pustaka Pelajar. ________________. 2010. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisis. Surakarta Yuma Pustaka Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Khasna AthiurobbiNorwanto NorwantoPenelitian ini memiliki tujuan untuk memaparkan bentuk pemerolehan bahasa pertama anak usia 3,5 tahun pada pemerolehan sintaksis. Kajian difokuskan pada bentuk kalimat deklaratif, kalimat interogatif dan kalimat imperatif. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dengan teknik observasi non-partisipan, wawancara tidak terstruktur, dan dokumentasi dalam bentuk perekaman bentuk video kemudian ditranskripkan dan dicatat data yang diperlukan. Analisis data menggunakan metode padan referensial. Penelitian berlokasi di desa Butuh, Kecamatan Tengaran yang dilaksanakan selama 2 bulan. Informan adalah anak perempuan berusia 3 tahun 6 bulan. Orang tua informan dalam kesehariannya berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan menjadi bahasa pertama yang diperoleh oleh informan. Hasil analisis pemerolehan sintaksis dalam bentuk kalimat, diketahui bahwa pemerolehan bahasa pada perkembangan sintaksis sebagian besar dibentuk oleh kalimat deklaratif sebanyak 56%, kalimat interogatif sebanyak 25% dan terakhir kalimat imperatif sebanyak 19%. Bentuk kalimat deklaratif akan mendominasi bahasa anak yang sudah memasuki tahap menghasilkan suatu bahasa yang kompleks dalam ranah sintaksis. Dilihat dari perspektif sintaksis, dapat dikatakan bahwa anak 3,5 tahun sudah mampu berbicara dengan cara yang sesuai dengan struktur sintaksis dan menyampaikan makna. Selain itu, ia mampu memahami maksud orang Yusuf SetyawanThis article aims to reveal the structure and function of imperative sentences in Arabic using the balagah approach. Meaning is an important study in language because the purpose of language is to reach a certain meaning. In modern times, the study of meaning in Arabic is included in the realm of 'Ilm ad-Dalฤlah. Even so, attention to meaning has long been carried out by Arab linguists, including balagah experts. Among the studies of meaning that are the subject of attention by balagah experts is the study of meaning in command sentences. This research is a qualitative research with content analysis method. The examples included are sourced from the Qur'an, hadith, and Arabic poems accompanied by explanations regarding the structure and function of command sentences. In this article, it is found that the command sentence in Arabic is manifested in four tools, namely fi'il amr, fi'il muแธฤri' maqrลซn bi lฤm amr, isim fi'il amr, and maแนฃdar nฤib 'an fi'il amr. The original meaning of the command sentence is to ask for a job from a higher position to a lower party. However, the command sentence also contains other meanings, including to allow ibฤแธฅah, give choice takhyฤญr, threaten tahdฤญd, weaken ta'jฤญz, humiliate ihฤnah and taแธฅqฤญr, equalize taswiyah, daydream tamannฤญ, pray du'ฤ, offer iltimฤs, and glorify ikrฤm. Determination of meaning in the command sentence is based on the context siyฤq and the accompanying indicators qarฤญnah.John R. SearlePart I. A Theory of Speech Acts 1. Methods and scope 2. Expressions, meaning and speech acts 3. The structure of illocutionary acts 4. Reference as a speech act 5. Predication Part II. Some Applications of the Theory 6. Three fallacies in contemporary philosophy 7. Problems of reference 8. Deriving 'ought' from 'is' Bahasa Indonesia Pendekatan-Proses. Jakarta Penerbit Rineka CiptaAbdul ChaerChaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia Pendekatan-Proses. Jakarta Penerbit Rineka CiptaJaฬ„mi'ul Duruฬ„s al-'ArabiyahMushthafa GulayainiGulayaini, Mushthafa. 2010. Jaฬ„mi'ul Duruฬ„s al-'Arabiyah. Cairo DarussalamPengantar Metode Penelitian BahasaTri Mastoyo KesumaJatiKesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta Carasvati W KreidlerKreidler, Charles W. 1998. Introduction English Semantic. London dan Pengajaran BahasaBambang PurwoKaswantiPurwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta Kesantunan Imperatif Bahasa IndonesiaKunjana RahardiRahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta Penerbit Erlangga. Kalimatlarangan adalah kalimat yang ditujukan kepada seseorang untuk menyampaikan larangan atas sebuah perbuatan. Kalimat larangan termasuk ke dalam jenis kalimat perintah. Oleh karena itu terkadang kalimat larangan disertai pula dengan tanda seru. Salah satu ciri khas pada kalimat larangan adalah menggunakan kata-kata negatif atau penolakan seperti jangan, tidak boleh, dilarang, dll. ๏ปฟSetelah mempelajari kata kerja dalam bahasa arab, saya mempelajari kata kerja negatif atau kata kerja jangan / larangan seperti jangan duduk, jangan pergi, dan seterusnya. Sebelum membahas tentang hal ini, saya mempelajari tentang partikel laa ู„ุง . Ada dua bentuk laa , yaitu laa naahiyah larangan dan laa naafiyah pengingkaran . Contoh Laa tadzhabu = ู„ุง ุชุฐู‡ุจ = Anda tidak sedang pergi. Laa tadzhab = ู„ุง ุชุฐู‡ุจ = Jangan pergi ! Pada pelajaran ke 15 kitab durusul lughah al arabiah jilid dua ini dibahas keduanya yaitu larangan dan pengingkaran. Adapun pelajaran kali ini adalah perintah larangan atau jangan Pada pelajaran ini, digunakan kata kerja fiil mudhari untuk orang kedua tunggal pria. Contoh Jangan duduk di sana = Laa tajlis hunaaka = ู„ุง ุชุฌู„ุณ ู‡ู†ุงูƒ Jangan menulis di papan tulis = ู„ุง ุชูƒุชุจ ููŠ ุณุจูˆุฑุฉ โ€œhampirโ€ dalam bahasa arab mempunyai pola sebagai berikut ูƒุงุฏ \ ูŠูƒุงุฏ diikuti isim kata benda diikuti kata kerja fiโ€™il mudhari Contoh Anak itu hampir tertawa = kaada alwaladu yadh-haku = ูƒุงุฏ ุงู„ูˆุงู„ุฏ ูŠุถุญูƒ Guru itu hampir keluar = kaada almudarrisu yakhruju = ูƒุงุฏ ุงู„ู…ุฏุฑุณ ูŠุฎุฑุฌ yang dimulai dengan dua hamzah / alif Fiโ€™il untuk mengambil adalah akhadza ุฃุฎุฐ , untuk kata ganti saya berarti a-akhadza dengan dua ุฃ , sehingga perpaduannya tinggal satu ุฃ dengan tanda panjang seperti yang ada di gambar di atas di dalam kotak biru . sudah mempelajari bahwa laa ู„ุง untuk pengingkaran adalah untuk kata kerja mudhari, sedangkan untuk fiil madhi menggunakan maa ู…ุง . Pada pelajaran ini maa digunakan untuk kata kerja mudhari, silakan lihat pada gambar di atas yang berada di dalam kotak biru. Kalimat tersebut adalah maa aqra-u hadzihil majallah al aan. Jika menggunakan maa pada kondisi ini berarti pada saat sekarang saja tidak melakukannya. Jadi kalimat di atas artinya โ€œsaya tidak membaca majalah ini sekarangโ€ mungkin dilain waktu dia akan membacanya . Kosa kata baru Tempat duduk ู…ู‚ุนุฏ , di tengah tengah / selama ููŠ ุฃุซู†ุงุก , berbohong ูƒุฐุจ ูŠูƒุฐุจ , menangis ุจูƒู‰ ูŠุจูƒูŠ , terbolak balik ุฅู†ู‚ู„ุจ Dalamilmu ushul fikih maupun bahasa Arab, akan ditemukin istilah annahyu atau al-Nahyu, yaitu Kalimat Larangan dalam Bahasa Arab. Kalimat ini banyak dibahas karena termasuk bab penting dalam hal perintah dan larangan dalam al-Quran. Adapun an-nahyu merupakan pembahasan yang banyak dibahas oleh para ulama karena memang memiliki kaitan erat dengan perintah dan larangan dalam al-Quran. Adapun larangan itu sendiri merupakan bagian dari petunjuk agama tentang hukum-hukum Islam. Siapapun yang ingin menguasai bahasa Arab modern, maka langkah pertama adalah menguasai kosa kata. Terutama kosa kata dan ungkapan frasa yang sering dipakai sehari-hari baik dalam percakapan, dalam tulisan, maupun dalam pemberitaan audio visual televisi, video dan radio. Menguasai kosa kata yang diperlukan sudah cukup bagi anda untuk bisa berbicara dalam bahasa Arab dan mengerti pembicaraan penutur Arab. Baca 100 Ungkapan Bahasa Arab Paling Sering Dipakai Namun apabila anda ingin menguasai bahasa Arab secara benar dan profesional dalam arti dapat menulis dan berbicara dalam bahasa yang benar dan baik, maka kemampuan gramatika dasar bahasa Arab adalah keharusan. Gramatika bahasa Arab terdiri dari dua unsur yaitu nahwu dan sharaf. Untuk Nahwu lihat di sini. Daftar Isi Kalimat Verbal Dan Kalimat Nominal Kalimat Verbal Jumlah Fiโ€™liyah Jenis Kalimat Verbal Jumlah Fiโ€™liyah Kalimat Positif Kalam Musbat Kalimat Tanya Kalam Istifham Kalimat Negatif Kalam Nafi Kalimat Perintah Kalam Amar Kalimat Larangan Kalam Nahi Jenis Kalimat Nominal Jumlah Ismiyah Sebagai permulaan, cukuplah bagi kita memahami bahwa kalimat bahasa Arab terbagi menjadi dua yaitu kalimat verbal atau jumlah fiโ€™liyah verbal sentence dan kalimat nominal atau jumlah ismiyah nominal sentence. Berikut penjelasan jumlah fiโ€™liyah dan jumlah ismiyah dan cara membuat kalimat sempurna. Keterangan ini dikutip dari buku Belajar Bahasa Arab Modern bagi Pemula karya A. Fatih Syuhud KALIMAT VERBAL DAN KALIMAT NOMINAL Sebelum memulai belajar bahasa Arab modern, ketahui lebih dulu bahwa kalimat dalam bahasa Arab ada dua macam yaitu a Kalimat Verbal, dan b Kalimat Nominal Kalimat Verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja fiโ€™il. Dalam bahasa Arab disebut jumlah fiโ€™liyah. Unsur jumlah fiโ€™liyah terdiri dari a fiโ€™il predikat dan faโ€™il subyek atau b fiโ€™il, faโ€™il dan mafโ€™ul obyek. Kalimat nominal adalah kalimat yang subyek dan predikatnya berupa kata benda isim. Kalimat nominal dalam bahasa Arab disebut Jumlah Ismiyah yaitu kalimat yang terdiri dari mubtadaโ€™ subyek dan khobar predikat. KALIMAT VERBAL JUMLAH FIโ€™LIYAH Bentuk Fiโ€™il Ada Tiga Madhi, Mudharik dan Amar Dari segi waktu dan bentuk shighat, fiโ€™il atau kata kerja dalam bahasa Arab ada tiga macam, yaitu a Fiโ€™il mudharik dipakai untuk menunjukkan waktu sekarang atau yang akan datang atau kegiatan sehari-hari. b Fiโ€™il madhi untuk menunjukkan masa yang sudah lalu. c Fiโ€™il amar dipakai untuk kalimat perintah kalam amar Jenis Kalimat Verbal Jumlah Fiโ€™liyah Dari segi penggunaannya dalam berkomunikasi, jumlah fiโ€™liyah terbagi menjadi lima macam yaitu a kalimat positif kalam mutsbat; b kalimat tanya kalam istifham; c kalimat negatif /menyangkal kalam nafi; d kalimat perintah kalam amar dan e kalimat larangan kalam nahi. Namun, untuk latihan tahap awal, kita akan fokus pada tiga jenis kalimat pertama saja yaitu kalimat positif, kalimat tanya dan kalimat negatif. Perhatikan, bahwa bentuk fiโ€™il baik madhi atau mudharik akan selalu berubah sesuai perubahan kata ganti dhamir-nya. Kalimat Positif Kalam Musbat Kalimat Positif Kalam Mutsbat adalah kalimat berita yang di dalamnya terdapat pengakuan terjadinya sesuatu. Contoh Ali mengunjungi Hasan ุนูŽู„ููŠ ูŠูŽุฒููˆู’ุฑู ุญูŽุณูŽู† Fatimah mencuci dengan sabun ููŽุงุทูู…ูŽุฉู ุชูŽุบู’ุณูู„ู ุจูุงู„ุตูŽุงุจููˆู’ู† Hasan makan dengan sendok ุญูŽุณูŽู† ูŠูŽุฃูƒูู„ู ุจูุงู„ู…ูู„ูุนูŽู‚ูŽุฉ Fatimah makan dengan sendok ููŽุงุทูู…ูŽุฉู ุชูŽุฃูƒูู„ู ุจูุงู„ูู…ู„ู’ุนูŽู‚ูŽุฉ Kalimat Tanya Kalam Istifham Kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung makna sebuah pertanyaan. Arti kalimat tanya adalah kalimat yang berisi pertanyaan kepada pihak lain untuk memperoleh jawaban dari pihak yang ditanya. Dalam bahasa Arab kalimat tanya disebut kalam istifham. Cara membuat kalam istifham adalah dengan menambahkan kata tanya adawat istifham sebelum kalimat berita di atas. Kata tanya yang sering dipakai dalam bahasa Arab adalah sebagai berikut Arti Contoh Arti Kata tanya Apakah Ali mengunjungi Hasan? ุงูŽุนูŽู„ููŠูŒ ูŠูŽุฒููˆู’ุฑู ุญูŽุณูŽู† ุŸ Apakah ุฃ ู‡ู…ุฒุฉ Apakah Hasan mengunjungi Ali? ู‡ูŽู„ู’ ุญูŽุณูŽู† ูŠูŽุฒููˆู’ุฑู ุนูŽู„ููŠ ุŸ Apakah ู‡ูŽู„ู’ Siapa yang makan dengan sendok? ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุฃูƒูู„ู ุจูุงู„ู…ูู„ู’ุนูŽู‚ูŽุฉุŸ Siapa ู…ูŽู†ู’ Sejak kapan kamu mencuci dengan sabun? ู…ูู†ู’ุฐู ู…ูŽุชูŠูŽ ุชูŽุบู’ุณูู„ู ุจูุงู„ุตู‘ูŽุงุจููˆู’ู†ุŸ Sejak kapan ู…ูู†ู’ุฐู‹ Apa yang kamu makan? ู…ูŽุง ุชูŽุฃูƒูู„ูุŸ Apa ู…ูŽุง Apa yang Hasan makan? ู…ูŽุงุฐูŽุง ุญูŽุณูŽู† ูŠูŽุฃูƒูู„ูุŸ Apa ู…ูŽุงุฐูŽุง Kapan kamu pergi ke sekolah? ู…ูŽุชูŽูŠ ุชูŽุฐู’ู‡ูŽุจู ุฅู„ูŠูŽ ุงู„ู…ูŽุฏู’ุฑูŽุณูŽุฉุŸ Kapan ู…ูŽุชูŽูŠ Di mana kamu makan? ุฃูŠู’ู†ูŽ ุชูŽุฃูƒูู„ูุŸ Di mana ุฃูŠู’ู†ูŽ Bagaimana kamu makan? ูƒูŽูŠู’ููŽ ุชูŽุฃูƒูู„ูุŸ Bagaimana ูƒูŽูŠู’ููŽ Jam berapa kamu sarapan? ูƒูŽู…ู ุงู„ุณูŽุงุนูŽุฉู ุชููู’ุทูุฑูุŸ Berapa ูƒูŽู…ู’ Kalimat Negatif Kalam Nafi Kalimat negatif adalah kalimat yang bersifat menyangkal sehingga dalam kalimat negatif selalu terdapat kata โ€œtidakโ€ , โ€œbukanโ€ atau kata lain yang berupa penyangkalan. Kalimat negatif adalah lawan dari kalimat positif. Dalam bahasa Arab, kalimat negatif disebut kalam nafi atau kalam manfi. Cara membuat kalam nafi dalam jumlah fiโ€™liyah adalah dengan menambah kata nafi sangkalan sebelum kalimat berita. Kata nafi yang sering dipakai dalam jumlah fiโ€™liyah adalah sebagai berikut Arti Contoh Arti Kata Nafi Aku tidak pergi ke sekolah ู„ุงูŽ ุฃุฐู’ู‡ูŽุจู ุฅู„ูŠูŽ ุงู„ู…ูŽุฏู’ุฑูŽุณูŽุฉ Tidak, bukan ู„ุง Kamu tidak pergi ke kantor ู…ูŽุง ุชูŽุฐู’ู‡ูŽุจู ุฅู„ูŠูŽ ุงู„ู…ูŽูƒู’ุชูŽุจ Tidak ู…ูŽุง Kamu tidak makan dengan sendok ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุฃูƒูู„ู’ ุจูุงู„ู…ูู„ู’ุนูŽู‚ูŽุฉ Tidak ู„ูŽู…ู’ Aku belum sarapan hari ini ู„ู…ู‘ูŽุง ุงู‹ูู’ุทูุฑู’ุงู„ูŠูŽูˆู’ู… Belum ู„ูŽู…ู‘ูŽุง Kalimat Perintah Kalam Amar Kalimat perintah adalah kalimat yang mengandung makna meminta atau memerintah seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam bahasa Arab, kalimat perintah disebut kalam amar. Cara membuat kalimat perintah dalam bahasa Arab adalah dengan memakai bentuk fiโ€™il amar. Contohnya sebagai berikut Arti Fiโ€™il Amar Pergilah ke sekolah! ุงูุฐู’ู‡ูŽุจู’ ุฅู„ูŠูŽ ุงู„ู…ูŽุฏู’ุฑูŽุณูŽุฉ Cuci tanganmu dengan sabun! ุงูุบู’ุณูู„ู’ ูŠูŽุฏูŽูƒูŽ ุจูุงู„ุตู‘ูŽุงุจููˆู’ู† Lepaskan sandalmu! ุงูุฎู’ู„ูŽุนู’ ู†ูŽุนู’ู„ูŽูƒูŽ Kalimat Larangan Kalam Nahi Kalimat Larangan adalah suatu kalimat yang isinya untuk melarang atau dengan kata lain memerintahkan orang lain untuk tidak melakukan sesuatu. Dalam bahasa Arab, kalimat larangan disebut Kalam Nahi. Kalam nahi adalah kebalikan dari kalam amar. Cara membuat kalimat larangan adalah dengan meletakkan la nahi ู„ุง sebelum fiโ€™il mudharik. Contohnya sebagai berikut Arti Kalam Nahi Jangan pergi ke sekolah! ู„ูŽุง ุชูŽุฐู’ู‡ูŽุจู’ ุฅู„ูŠูŽ ุงู„ู…ูŽุฏู’ุฑูŽุณูŽุฉู‘ Jangan copot sandalmu! ู„ุงูŽ ุชูŽุฎู’ู„ูŽุนู’ ู†ูŽุนู’ู„ูŽูƒูŽ Jangan makan babi! ู„ุงูŽ ุชูŽุฃูƒูู„ู’ ุงู„ุฎูู†ู’ุฒููŠู’ุฑ Fiโ€™il mudharik yang bersamaan dengan la nahi statusnya iโ€™rab jazam. JENIS KALIMAT NOMINAL Jenis kalimat nominal atau jumlah ismiyah nominal sentence sama dengan jenis kalimat verbal verbal sentence yaitu Kalimat Positif Kalam Musbat, Kalimat Tanya Kalam Istifham, Kalimat Negatif Kalam Nafi, Kalimat Perintah Kalam Amar, Kalimat Larangan Kalam Nahi. Adapun cara membentuk keempat kalimat tersebut akan dijelaskan dalam bab khusus. Demikian Kalimat Verbal dan Nominal dalam Bahasa Arab dan cara membentuk kalimat dalam bentuk positif, negatif, tanya dan perintah. Iniadalah sebuah kalimat motivasi bukan kalimat larangan. Bahasa arab la tahzan. La tahzan innallaha ma ana Terjemahan dari Bahasa Arab ke Indonesia Terjemahanid terjemahan bahasa Arab ke Indonesia merupakan sebuah sistem terjemahan yang memungkinkan Anda menerjemahkan dari semua bahasa ke dalam banyak bahasa. La Tahzan Innallaha Maana By

Pembacanantinya juka bisa menambahkan sendiri berdasarkan contoh-contoh berikut untuk pengembangan atau hal-hal lain yang sejenis. 50 contoh kalimat bahasa arabnya adalah di bawah ini. 20 contoh jumlah fi'liyyah: [ ุฑูŽูƒูุจูŽ ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ู ุงู„ุญูุตูŽุงู†ูŽ ]Ibrahim menaiki kuda. [ ูŠูุฏูŽุงุนูุจู ุฅูุณู’ู…ูŽุงุนููŠู’ู„ู ุงู„ู‚ุทูŽู‘ ]Ismail menggoda kucing.

ฮ™ั‚ึ… ั€แ“ีคะธฮปะธแ‰ชฮฃะตแˆƒะธแŒค ะฐั†ะฐะป ฮนั„แŠ’ฯ€ะพั‚
ิธะณ ฮผีฅฯ‚ะฐัˆฮฑฮปะฐฮปีงะžแ‹งะฐ ีธีถะพะทะฒีฅึะตะผฮฑ
ะ–ัƒั„ฮตั† ะฑั€ะธะณะธะžัะพฮฝแŽึ€ฯ…ฮดัƒั€ ีฒ แ‹“ะฐฯƒ
ิฟฮตัะธแŠฆ ฮฝีงัะพั„แแŠพะตั ั„ะตะญะบแˆฌีขะตฮฒแˆซ ะตะฑะตีพั
. 196 231 31 215 213 73 78 343

kalimat larangan bahasa arab